Sejarah Candi Sojiwan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

budayaindonesia.web.id – Posisi Candi Sojiwan mengarah posisi ke arah barat, terletak tidak jauh dari Lingkungan Candi Prambanan serta Istana Istri raja Boko. Candi Sojiwan bermotif agama Buddha, nampak dari wujud stupa serta relief yang menghiasi bangunannya. Selanjutnya asal usul Candi Sojiwan aset Kerajaan Mataram Kuno.

Siapa yang membuat Candi Sojiwan? Kehadiran Candi Sojiwan awal kali dikabarkan oleh barid Raffles bernama Kolonel Colin Mackenzie pada 1813. Dikala itu, situasi candi telah ambruk, cuma ditemui sisa- sisa tembok, reruntuhan, serta sebagian patung. Saat ini, Candi Sojiwan sudah dipugar serta menampakkan wujud yang mewah.

Terpaut siapa yang membuat Candi Sojiwan, para pakar mengaitkannya dengan Prasasti Rukam yang sempat ditemui di Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti bertarikh 829 Tiang ataupun 907 Kristen itu bermuatan peresmian koreksi Dusun Rukam, yang lebih dahulu sirna dampak dentuman gunung berkobar, oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana. Masyarakat Dusun Rukam pula diberi peranan buat menjaga gedung bersih yang terdapat di Limwung. Para pakar beranggapan kalau gedung bersih yang diartikan merupakan Candi Sojiwan.

Candi Sojiwan dibuat selaku wujud hidmat dari Raja Dyah Balitung, yang menyuruh Mataram Kuno antara 899- 911, buat neneknya yang bernama Nini Haji Rakryan Sanjiwana. Nini Haji Rakryan Sanjiwana diprediksi selaku julukan lain dari Istri raja Pramodhawardhani, maharani Rakai Pikatan yang menyuruh Mataram Kuno pada medio era ke- 9.

Candi Sojiwan adalah salah satu candi yang terletak di kompleks Candi Plaosan, Yogyakarta, Indonesia. Candi Sojiwan memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Candi Plaosan yang merupakan kompleks candi Buddha terbesar di Jawa Tengah.

Candi Sojiwan dibangun pada abad ke-9 Masehi pada masa pemerintahan Dinasti Sailendra. Dinasti Sailendra dikenal sebagai penganut agama Buddha dan memiliki kecenderungan membangun candi-candi Hindu dan Buddha. Candi Sojiwan didirikan sebagai tempat ibadah dan meditasi para biksu Buddha.

Candi Sojiwan mengalami kerusakan yang cukup parah seiring berjalannya waktu. Pada abad ke-20, proses restorasi dan rekonstruksi dilakukan untuk mengembalikan kejayaan candi ini. Beberapa bagian candi, seperti balok-balok batu dan relief, berhasil dipulihkan.

Candi Sojiwan memiliki arsitektur yang khas dengan sentuhan gaya arsitektur Jawa Tengah pada masa itu. Ciri khas candi ini terlihat pada struktur candi yang terdiri dari beberapa tingkat, ornamen-ornamen khas Jawa, dan relief-relief yang menceritakan kisah-kisah Buddha.

Baca juga : Ciri-ciri Candi Buddha Yang Tidak di Ketahui Orang Umum

Hingga saat ini, Candi Sojiwan masih digunakan sebagai tempat ibadah dan upacara keagamaan bagi umat Buddha. Selain itu, candi ini juga menjadi objek wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan kebudayaan Jawa.

Sebagai bagian dari kompleks Candi Plaosan, Candi Sojiwan menjadi bukti penting dari keberagaman agama dan kekayaan budaya di Indonesia. Perhatian terhadap pemeliharaan dan pelestarian candi ini terus dilakukan untuk memastikan warisan bersejarah ini tetap terjaga dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Relief Candi Sojiwan

Candi Sojiwan mempunyai besar dekat 27 m dengan atlas dasar berdimensi 20 x 20 m, buatnya selaku candi Buddha terbanyak kelima di Jawa Tengah. Corak agama Buddha nampak nyata pada wujud asbes yang ada barisan stupa.

Bilik candi ini tadinya diprediksi berhiaskan sulur- sulur, namun dikala ini batu- batu aslinya telah banyak yang lenyap alhasil batu penggantinya cuma polos.

Salah satu macam mempercantik sangat menarik dari Candi Sojiwan ada pada bagian kakinya, yang terpahat relief cerita binatang cerita binatang Jataka serta Awadana. Narasi itu ialah cerita keimanan Buddha yang memiliki catatan akhlak buat diteladani.

Relief cerita Jataka serta Awadana di Candi Sojiwan terdiri atas 12 segmen, di antara lain:

1. Relief Seseorang Prajurit serta Orang dagang, yang mempunyai arti ketaatan menjalakan ikatan pertemanan dalam perihal bahu- membahu.

2. Relief 2 Akhir Angsa Melayangkan Kura- Kura, mempunyai arti kalau selayaknya mengindahkan peraturan yang terdapat alhasil tidak terdapat perihal kurang baik yang mengenai.

3. Relief Kejuaraan antara Garuda dengan Kura- Kura, mempunyai ucapan terpaut kecerdasan bisa menaklukkan daya.

4. Relief Buaya serta Nanai, berarti kalau ancaman bisa dijauhi dengan kecerdasan ide budi.

5. Relief Perkelahian Banteng serta Raja hutan, berarti selayaknya tidak gampang yakin tuduhan sebab hendak berdampak kurang baik.

6. Relief Gajah serta Setangkai Kusen, memiliki arti kalau aliansi amat berarti buat menaklukkan suatu daya.

7. Relief Seseorang Perempuan serta Seekor Serigala, mempunyai arti senantiasa berlega hati serta janganlah gampang ditipu oleh aplaus.

8. Relief Pemburu serta Serigal, berarti selayaknya cermas dengan tiap aksi serta seharusnya tidak bercita- cita kelewatan sebab hendak membuat kesusahan.

9. Relief Rajungan Membalas Budi, mempunyai arti aksi bagus yang dicoba hendak menghasilkan keamanan serta seharusnya dalam hidup senantiasa bahu- membahu.

Di zona Candi Sojiwan, dahulu sempat ditemui patung Buddha Tathagata, Boddhisattwa Awalokiteswara, serta patung Dwarapala yang telah cacat. Patung Dwarapala Candi Sojiwan dikala ini terletak di alun- alun Klaten.

One thought on “Sejarah Candi Sojiwan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top